"Ulla pliss yaa. Stop gerak napa? Dasar
!" cowok berjambul yang sedari tadi di samping Ulla capek melihat cewek
yang sudah sebulan 'menjadi miliknya' terus terusan berseliweran di depannya
berkata dengan agak kasar pada cewek yang dipanggil Ulla
"Yaaah Aji kamu tau kan aku gak bisa
diem. Jadi percuma ngelarang aku untuk diem. Handini mana siiih ? Laama
yaa?" jawab Ulla -cewek yang dimaksud- sambil melihat jam di pergelangan
tangan nya
Aji hanya memandang Ullla dengan ekspresi
campur aduk. Ia melihat ceweknya ini dengan tatapan aneh dan geli. Ceweknya
satu ini emang dari lahirnya gak bisa diem dan paling rajin buat menjahili
teman-temannya. Namun itulah uniknya Ulla, dia gak suka jadi orang lain dan
paling bangga kalau dia menunjukkkan "inilah-aku" kepada publik
dengan cara yaaah yang tadi sudah tersebutkan. Usil stadium parah.
"Mereka pasti dateng kok tenang aja.
Minum dulu gih" kata Aji menawarkan agar Ulla diem di tempatnya
"Huh dasar Indonesia jam karet siih.
Lama banget. Haaaah seger juga yaa" ujar Ulla sambil menyeruput minumannya
"Astagaaa" Ulla kaget handphone nya
tiba-tiba saja berbunyi
Handini
calling...
"Allo
?... yeah ?... aku ada di sini...
daritadi juga... vous di mana aja
eneng?...yaampun... pardon me...berisik
pisan euy di sana, kau bilang apa barusan...macet? di mana ada macet jam 9-an
gini?..."
Aji hanya tersenyum mendengarkan Ulla yang
sedang menerima telepon dari Handini. Masalahnya Ulla kalau berbicara, bukan
hanya mulut nya yang 'berekspresi' tapi juga raut wajah, gerakan tangan, dan
posisi badannya. Kini dengan dahi berkerut dan tangan yang bersedekap Ulla
terus melanjutkan pembicaraanya dengan temannya tersebut.
"Okee ngebut aja deh biar cepet...hehehe
gak deh aku ikhlas aja kalau elu benjut-benjut gitu.. Hahaha kidding nih aku.
Okee aku tunggu yaaa cepeeeeeeetan kasihan Aji nih...Siap...Daaaah" Klik.
Ulla menutup flap handphone nya
"Mereka
masih di sekitar terminal nih macet tuh katanya. Masa malem-malem gini macet
yaa. Padahal kan di sana kawasan sepi penduduk masa macet. Aiiih tapi aku tadi
juga denger klakson bunyi terus yaa waktu aku telepon..." Ulla terus saja
mengoceh
Ini dia satu lagi
yang Aji suka dari ceweknya.
Cerewet nya juga
udah stadium atas dan gak bisa disembuhin kayaknya. Tapi dengan cerewetnya
itulah Aji bisa mengenalnya. Dan kangen ataupun rindu yang ada di hatinya hanya
karena tidak mendengar celotehan nya. Coba saja ...
"Ajiaa bim ?
haloo kamu masih sadar kan. Halo ? kamu bisa denger in aku tho" jerit Ulla di telinga Aji karena sedari tadi
ia terus berceloteh dan Aji hanya
memandangnya dengan tatapan melamun.
"Eeh iyaa
iya. Kenapa sayaang ? Maaf yaa tadi aku cuman mikir pertandinganku aja"
Ujar Aji sambil memohon maaf pada Ulla, karena ia melihat wajah Ulla yang
merengut
"Huh terus
aja pikirin pertandinganmu. Aku terus kan yang kena getah dicuekin sama kamu.
Ada apa lagi sama tim-mu itu, heh ?" ujar Ulla kesal
"Yatuhan
sayaaang. Aku cuman mikir yaa aku besok harus latihan buat tanding dan waktunya
tabrakan sama jadwal bimbel"
"Terus?
Ngapain curhat ke aku?" Ulla tetap aja merengut
"Okee
baiklah. Aku minta maaf karena tadi udah nyuekin kamu. Maaf yaa bidadari ku
yang gak bisa diem" ujar Aji sambil mencubit pipi Ulla
"Iyaa deh.
Udah lepasin tangan mu dari pipiku yang gak-boleh-sembarangan dipegang"
Bikin orang tambah kesal aja nih pocong yaa, batin Ulla
"Jangan
marah lagi yaa kuntilanak ku. Aku janji deh gak nyuekin lagi. Sungguh"
janji Aji
"Ya. Tapi
kamu bilang besok ada latihan kan ?" tanya Ulla untuk meyakinkan
"Iya nih.
Mana besok gak boleh telat pisan, padahaaa..." kata-kata Aji terpotong
dengan kalimat Ulla
"Stop dulu
deh gak bisa kah ? perhatiin tuh sekolahmu yang kamu telantarin. Aku ngerti
cita-citamu jadi pemain TIM-NAS- IN-DO-NE-SIA dan bukan berarti kamu malah
menomorsatukan itu sedangkan sekolahmu ditinggal. Ntar kalau udah sekolah yang
ditinggal, giliran aku deh yang dicampakkan. Huh" Ulla memulai khotbah nya
lagi dan mengakhirinya dengan ekspresi kecewa
"Hehehe enggak bakalan kok Ulla. Denger
yaa ntar kalau udah musim ujian aku bakal beneran break kok..." kalimat Aji terpotong lagi
"Pliss sekarang udah musim ujian.3bulan
lagi kita mau ujian kan?" ujar Ulla
"Emang iyaa ? waah aku gak nyadar
tuh" kata Aji sambil menengadah tanda berpikir
"Lha kan. Itu aja udah lupa tho"
"Iyaa deh aku tahu. Tapi sekarang aku
puas-puas in dulu buat tanding sana-sini." bantah Aji membela dirinya
sendiri.
"Halaah kamu itu kalau tanding gak bakal
puas juga. Rakus" ejek Ulla
"Toloooong aku. Yaampun kayaknya kamu
udah negur aku tentang ini bolak balik yaa?" sambil memandang gelasnya
yang sudah kosong Aji menerawang gelas itu seolah gelas tersebut tembus pandang
"Dan jawabanmu selalu itu, pocong. Aku
capek ngomongin ini terus yaa kamu selalu aja membantah tho ? engga usah
dibahas kalau ntar kamu kena getahnya yaah biarin dan jangan pernah salahkan
aku ataupun menyangkut kan diriku jika ada efek sampingnyo"
"Iyaa. Eeh itu Handini bukan? Itu sama
Andi lagi turun sepeda" ujar Aji sambil mengalihkan pembicaraan. Sementara
Ulla menjemput teman-temannya, Aji hanya melamun lagi
Ulla
emang bener. Tapi kalau aku gak bisa terus latihan dan coach tidak memandangku
baik...bagaimana aku bisa mendapat cita-citaku itu. Aku sayaang kamu Ulla dan
juga Sepak Bola adalah hidupku, batin Aji
"Haii Aji. Tumben diem nih gak ikut
usrek -bertingkah- kayak cewekmu ini e? Sungguhan deh elu beneran butuh obat
buat kekasih tercintamu ini. Makin hari makin usrek aja. Hahaha" itu suara
Andi, temannya yang membonceng Handini dan mengantarnya bertemu Ulla dan Aji
sendiri. Aji hanya tersenyum saja menanggapi kata-kata Andi tadi.
Kalau dilihat sekitar mereka, banyak banget
yang dateng di kafe ini saat malam minggu. Engga heran juga. Mereka berempat
pun larut dalam obrolan yang mengalir sementara jalanan semakin padat walau jam
sudah menunjukkan pukul 20.30 setempat.
-UB-
"Sudah berapa kalinya kamu tidak
mengerjakan tugas saya. Dan ini sudah batas kesabarann saya. Kalau
kamu..." hanya karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Tutik
-pengajar PKn- kepada Aji, akhirnya waktu pelajaran terbuang karena panjangnya
kalimat nasihat dari sang guru. Dari apa yang dikatakan oleh Bu Tutik dia dan
teman-temannya pun mengetahui jika tidak membawa buku cetak pelajaran PKn
adalah satu bentuk tidak menghormati perjuangan para penjajah. Tidak puas hanya
memberi khotbah, Bu Tutik mengusir Aji keluar dari kelas dan mengancam tidak
mengijinkannya masuk kelas dan mengikuti pelajarannya sebelum semua tugas
sebelum- sebelum- sebelum- sebelum- sebelum-nya
yang beliau pernah berikan.
Nasib
sial banget hari ini. Aku ke mana nih sekarang ? ke lapangan aja aah, Ulla kan
jam olahraga sekarang, ucap Aji dibain
Setibanya di lapangan dia melihat Ullla
dikelilingi banyak cowok, bukan banyak tapi semua teman cowoknya ada di sekitar
Ulla dan posisi Ulla sudah pasti sebagai titik pusat dalam lingkaran. Tapi
lihat itu ! Seseorang menjambak rabutnya dan dengan ringan mahkota wanita milik
Ulla tergerai bebas. Itu pertama nya ia melihat Ulla dalam pose sedemikian
rupa. Manis juga, ceplosnya pelan
"Kembaliin kucir ku, Rista. Yaampun
kalian jail juga sama aku yaa". Tapi saat Ulla hendak keluar dari
'lingkaran cowok-cowok' itu, mereka menahannya. Ulla pun menjerit
sekencang-kencangnya karena tidak diperbolehkan masuk sedangkan Aji hanya
memandangnya dari jauh.
"Gak enak kan kalau dijahilin ? Naah
senjata makan tuan deh, kunti" Aji berbicara sendiri dengan bergumam.
-UB-
Sekarang musim tim junior saling berebut meraih yang pertama dan termasuk tim yang Aji
menjadi kiper di dalamnya.
"Kamu dateng kan, Ulla? Dateng yaa"
suara penuh paksa itulah yang dikeluarkan oleh Aji kepada ceweknya yang sedang
mengemil jajan
"Hm ? daftang kef manfa tfho?" ujar
Ulla yang masih mengunyah dengan asiknya.
"Telen dulu deh makananmu baru
ngomong" saran Aji pada Ulla yang kesulitan mengunyah.
"Okee. Aku harus datang ke mana tho
?" ulang Ulla pada kalimatnya tadi
"Yaalah. Aku kan mau tanding besok jam 4
sore di stadion kota. Aku udah beliin tiket buat kamu sama Handini. Jadi gimana
?"
"Hm. Besok aku kan ada les tho. Kamu
lupa kah ? dan jam segitu pasti aku belum pulang" bantah Ulla
"Kamu gak bisa dateng dong ? padahal
besok kan tanggal 10. Dateng yaa, bolos les sekaaaali aja" Aji masih
pantang mundur untuk memaksa ceweknya untuk datang
"Sekali katamu? Aku udah bolak-balik
bolos les buat nemenin kamu tanding yaa. Dan masih kamu anggap sekali ?
Keterlaluan"
Aji mengerti ia sudah sering memaksa Ulla
untuk bolos demi menyaksikan pertandingan bola nya. Tapi kali ini ia yakin
adalah yang terakhir, inilah saat yang harus benar-benar ia manfaatkan. Manager
Timnas akan datang di pertandingan kali ini dan coach nya sendiri yang berjanji akan menawarkan kualitas bermainnya
kepada Manager Timnas tersebut. Dan ia butuh Ulla untuk semangatnya...
"Aku tahu. Tapi aku janji ini yang
terakhir deh, ini yang terpenting. Ulla kamu tahu kan aku butuh suppport
mu" bujuk Aji lagi
"Halaaah support-support ku segala.
Fans-fans mu yang selalu dateng kan ada tuh kok masih kurang ? dasar
rakus" ucap ulla terkesan agak jengkel
"Plisssss kali ini aja ya. Ulaa yang
baik hati, tidak sombong, rajin menabung
dan yang kusayang, kamu bisa dateng kan ?" rayu Aji lagi-lagi-dan lagi
"Hm. Enggak" Ulla tetap teguh
dengan jawabannya
"Yaah hancur hatiku deh kalau kamu tolak
tawaranku" sambil bertingkah seolah ia ditolak cinta Aji berucap kalimat
itu di depan Ulla
"Dasar otoriter. Ditaktor. Egois. Iyaaa
deh aku dateng besok. Huh." Ulla mengunyah jajannya sambil terus mengejek
Aji .
"Hahaha naah gitu dong. Tambah manis deh
kamu, kunti" tawa Aji sambil memegang tangan Ulla sebelah yang tidak
mengambil jajannya
"Raja gombal elu yaa. Week" canda
Ulla juga
Mereka pun tertawa hingga bel masuk sekolah
berbunyi mengakhiri jam istirahat kedua hari itu.
-UB-
Pukul 16.15 WIB...
"Ayoo cepetan Hand. Kita udah telat nih,
ntar Aji bisa ngamuk kalau aku telat" Ulla yang panik dengan cepat memakai
sepatu nya sambil mendorong Handini yang masih santai duduk
"Yaah siapa coba yang mandinya lama. Elu
kan ? kok aku yang tersalahkan. Aku kan udah siap luar dalem. Pandanglah
dirimu...."
"Hehehe iyaa sih. Nah jam ku habis deh batterynya gak bunyi tadi pagi" alasan Ulla
"Hm kamu mah semuanya dibikin alasan tho
?" ucap Handini
"Hasssh diem ! aku gak konsen nih.
Handphone ku mana nih, Hand ?" dengan bingung Ulla merogoh tasnya dan
mencari ponselnya
"Ini kan ? bukannya sedari tadi di
samping mu?" kata Handini menghentikan kepanikan Ulla
"Naah iya. Thanks. Lho kan liat deh 11
misscall dari Aji. Yaampun" sambat Ulla. Handini hanya memandang temannya
dengan pandangan geli.
"Allo...Aji?
Iyaa aku masih di rumah...yaah aku minta maaf aku kesiangan...iyaa kamu main
aja dulu....sama Handini..iyaa yaa...selalu...hm" Ulla terus berbincang
sementara Handini sudah menyiapkan sepeda motornya di depan pintu.
"Right...aku
akan berangkat saat ini aku udah siap dan Handini sudah siap dengan
sepedanya...iyaaa konsen yak...iyaa...daaah Aji" Klik. Ulla menutup
kembali flap handphone-nya dan segera
bangkit menyusul Handini.
"Yuuk berangkat, Hand" ajak Ulla.
Dan sepeda motor ungu itu pun melaju meninggalkan rumah Ulla.
-UB-
Suasana stadion sangat ramai saat itu dan
Ulla bersama Handini berada di Gate C yang berada di samping stadion. Ulla
terlihat merogoh tasnya dan berusaha mencari tiketnya untuk masuk dengan
Handini. Tidak ada.
Yaallah
ke mana tiketnya? Haduuh tadi aku yakin sudah masukin ke tas yaa. Mana sih ?
mana ?, batin Ulla
Sementara Handini pun terlihat salah tingkah
karena terus diawasi dengan penuh curiga oleh penjaga gate tersebut.
"Ulla. Udah ketemu belum tiketnya? Aku risih juga nih diliatin sama tuh
orang" ucapnya berbisik sambil terus tersenyum kaku kepada si petugas
"Bentar bentar. Engga ketemu nih"
Ulla pun ikut panik. Yaampun tolong
jangan sekarang yaa, haduhh mana sih,, gerutu
Ulla
Di saat yang bersamaan coach yang melatih Aji selama ini melihat Ulla dan Handini di gate.
Secara spontan beliau memanggil Ulla, "Ulla. Heey saya di sini. Ulla"
teriaknya sambil melambaikan tangan untuk mencari perhatian dari Ulla maupun
Handini dan segera menghampiri mereka.
"Kok engga langsung masuk. Udah ditunggu
sama Aji tuh. Ayoo masuk" tapi Ulla hanya meringis sambil melirik si
petugas yang juga masih tertegun. "Kenapa diem ?" ujar coach bingung
"Emm itu...anu tiketnya..anu" kata
Ulla gelagapan. Waduh gak lucu juga kalau
ngaku tiketnya hilang, batin Ulla
"Tiket ? haduh kamu kan ntar gak bakal
di tribun. Kamu temenin Aji aja dulu di ruang ganti" setelah berucap
tersebut si coach mengucapkan beberapa kata kepada petugas dan
mereka pun bisa masuk
Saat di ruang ganti, mereka-Ulla dan Handini-
tidak menemukan siapa-siapa. Setelah Handini mendengar bunyi peluit dari wasit,
ia baru sadar dan segera berkata pada Ulla bahwa tim Aji sudah memulai tanding
-UB-
Babak pertama sudah selesai dan skor 1-0
dengan keunggulan tim Aji. Dengan menit yang diberikan oleh wasit untuk jeda,
digunakan Aji menuju ruang ganti. Daaan...
"Ullaaaaa !!" teriak nya
"Woy biasa aja, cong. Aku di sini
juga.." belum selesai juga Ulla
berkata karena aji hendak memeluknya
"Eeitss engga boleh yaa. Kamu itu bau
kok engga usah peluk-peluk aku" tolak Ulla
Priiiiiiiiiiiit.....
"Yaampun baru aja mau ngomong tapi udah
bunyi. Yaudah deh aku balik yaaa"
Ulla hanya memandang punggung Aji yang
menjauh. Hingga 2x45 menit pertandingan berakhir skor masih tetap dengan
keunggulan tim Aji. Seusai pertandingan
hari itu dengan rasa gembira yang meluap-luap, mereka -Ulla, Handini, Aji, dan
teman setim-nya- merayakan kemenangan plus ketambahan karena hari itu
bertepatan dengan hari ulang tahun Aji.
Mereka tidak sadar, apa yang akan terjadi setelah
itu....
-UB-
Saat akhir pertandingan itulah Manager Timnas
melirik permainan Aji dan berujung pada penawaran kontrak pada penjaga gawang
ini. Hanya saja tidak semudah itu menandatangani perjanjian kontrak tersebut.
Kalau ia memilih ikut Timnas tersebut, mungkin dia bisa senang cita-citanya
menjadi seorang yang ada dalam Timnas Indonesia tapi bagaimana dengan sekolah
dan Ulla-nya ?
Semula Aji berpikir untuk mendiskusikan ini
dengan Ulla dan ibunya. Namun semua gak semulus yang dibayangkan Aji. Keadaan
semakin rumit saat coach-nya tidak
diberikan izin oleh sekolah saat beliau meminta waktu break untuk Aji. Malah yang ada beliau diberi ceramah oleh bapak
Kepala Sekolah. Dan semua tidak berhenti sampai disitu. Ibunya tiba-tiba saja
melarangnya untuk mengikuti kegiatan yang menyangkut per-sepak-bola-an dengan
alasan karena sudah mendekati waktu ujian.
Mana yang akan ia pilih kemudian ?
"Haduuh bisa mati muda aku kalau
terus-terusan gini. Yaampun tuhan" keluh Aji suatu sore sehabis
latihannya. Andi sepertinya mendengar keluhan temannya itu.
"Kenape lagi elu, Mib ?" panggilan
akrab itu memang sengaja ia tujukan pada teman setimnya yang terlihat suntuk
sekali itu.
"Pusing deh aku ya. Semua masalah ini
gak selesai dari kemarin, belum satu kelar satunya muncul lagi. Sekarang Ulla
udah mulai males ketemu sejak dia tau semua. Dia banyak alasan kalau mau aku
ajak ketemuan, ada les lah, kumpul paski lah, mau ada acara keluarga, reunian
sama temen-temenya tuh. Hm barusan aja dia bilang mau ada tambahan les"
curhat Aji panjang lebar pada Andi
"Kalau boleh aku menengahinya. Kamu udah
terlalu egois sama orang sekitarmu. Giliran kamu dapet apa yang kamu pengen
mereka kamu 'buang' padahal liat aja sebelumnya. Mereka bahkan yang men-support
mu kan ?" Andi menghentikan ceramahnya dan melirik temannya itu. Melihat
Aji hanya diam saja ia pun meneruskan kata-kata nya.
"Sekolah mu, kawan. Semua udah kamu cuekin tho hanya
karena pertandinganmu. Aku percaya skill mu bagus, tapi liat situasi lah. Kamu emang
keras kepala dan elu nyadar sendiri kan ?
Kamu mau ikut timnas apa hanya skill
itu tadi yang dibutuhin ? Engga, Bim. Prestasi akademik mu gimana, udah merasa
cukup sama yang kamu dapet ?" ujar Andi panjang-lebar. Aji hanya
menggeleng
"Naah ngerti sendiri dan nyadar kan.
Sekolah mu yang penting sekarang. Kita sama-sama kan mau UAN tahun ini jangan
sampe kita ulang setahun lagi. Aku mah ogah. Bosen pemandangan sekolah ituuu
itu aja..." Andi masih mengoceh sementara Aji merenung. Dia mencerna ulang
apa yang dikatakan oleh Andi barusan. Setelah sadar ia menepuk bahu sahabatnya
dan berkata,
"Oke aku ngerti sekarang. Dan aku bisa
mengambil hikmah dari semuanya. Hehehe" sesudah berkata demikian ia segera
pergi meninggalkan Andi yang terbengong-bengong.
Hm?
Syukurlah kalau kamu udah ngerti walau kata-kata mu yang terakhir agak abot
pisan, batin Andi.
Sementara itu dengan sepedanya, Aji melaju ke
rumah Ulla yang beruntung yang membuka pitu adalah Ulla sendiri walau ceweknya
itu terkaget saat ia lihat Aji yang bertamu.
"Masuk deh. Ada apa ?" kata Ulla
datar. Dan Aji langsung mengajak cewek itu berbincang.
"Hm. Aku tahu sekarang betapa egoisnya aku. Aku baru aja
diceramahin sama Andi dan aku sadar semuaaanya. Kamu tahu Andi kalau ngomong
kan? Dikit emang tapi nyelekit amat." cerita Aji. Tapi yang ada cewek di
depannya hanya mengheningkan cipta saja.
"Kok diem aja, Ulla ? gak mau kasih aku
ide kah ? aku harus milih sekolah atau sepakbola nih asiknya?" tanya Aji
tetap berusaha agar Ulla membuka mulutnya.
"Sekolah." jawab Ulla singkat dan
masuk rumah kembali membiarkan Aji di luar.
Yaallah
semoga langkahku benar. Demi Ulla dan Ibu yang kusayang,batin Aji
-UB-
"Mohon perhatian kepada calon penumpang
pesawat tujuan Jakarta dengan nomor penerbangan AB-241097 pada pukul 11.15
diharap untuk segera check in pada
Gate 3. Sekali lagi..." suara wanita yang mengumumkan nya terdengar jelas
bagi Ulla. Dan berarti kini saatnya...
"Ulla. Aku udah mau berangkat. Hm haduuh
gimana yak ngomongnya ... pokoknya aku mau pergi yaa?" itu suara Aji yang
berdiri di depan Ulla walau dengan sedikit menunduk.
Aji ternyata menepati janjinya untuk break dan konsen pada sekolah atas
permintaan pihak banyak. Karena keputusan itulah akhirnya ia mulai berbaikan
dengan Ulla. Kadang ia berpikir apakah Ulla selalu menuntut padanya ? Tidak
juga. Sebab ada Ulla-lah ia bisa tenang ada di dunia. Dan ibunya pun mulai
bersikap hangat lagi seperti sebelum konflik itu ada.
"Iyaa a..aku denger kok, Bim. Hm.
Hati-hati yaa kamu di sana jangan lupa makan yang teratur, sempetin istirahat,
jangan terlalu nyibukin diri kalau gak penting, dan..." oceh Ulla karena
penyakit bakat sebagai penceramah
keluar.
"Stoop stop. Okee aku akan makan cukup
tidur banyak dan akan istirahat dengan teratur. Cukup ?"
"Belum." jawab Ulla
"Yaayay ada apaan lagi ?" ucap Aji
"Ada satu lagi, jangan lupa hubungi aku
yaa ?" pinta Ulla
"Iyaaa tentu dong saaayangku" tegas
Aji
"Hehe. Gini deh aku ikhlas ngelepas kamu
kalau kamu udah janji dan janji..."
"Adalah yang harus dibayar, kalau engga
ntar kamu aku cubit" kata mereka berdua bersamaan. Setelahnya mereka
tertawa sebelum waktu memisahkan mereka.
"Ajia ayoo berangkat. Kita harus
cepat." Itu coach baik hati yang
waktu itu membantu Ulla dan Handini untuk masuk ke dalam stadion. Beliau
berucap seperti itu sambil terus tersenyum kepada Ulla dan Aji
"Hm Ulla aku akan selalu kangen kamu
deh. Jaga dirimu baik-baik yaa" ucap Aji pada Ulla yang malah menunduk.
Melihat Ulla yang diam saja, Aji pun memeluk Ulla seakan setelahnya mereka akan
berpisah lama. Hanya sesaat. Aji pun melepaskan pelukannya dan sebelum pergi
dia tersenyum pada Ulla.
"Je t'aime. Tunggu aku kembali yaa,
Ulla" ucapnya pada Ulla yang
dibalas senyuman oleh Ulla...
0 komentar:
Posting Komentar